Saturday, February 3, 2024

Studi Kasus Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

 

Sejak pandemi covid-19 melanda dunia, seluruh lini kehidupan manusia terpengaruh, tidak terkecuali dunia pendidikan. Proses belajar mengajar beralih dilakukan dengan cara daring. Dunia bisnis secara keseluruhan juga terkena imbasnya. Banyak orang kehilangan pekerjaan dan berkurang pendapatannya. Hal ini membuat beberapa orangtua murid memindahkan sekolah anak-anaknya ke sekolah yang lebih murah atau menunda menyekolahkan anak-anaknya, terutama di jenjang pendidikan usia dini atau taman kanak-kanak. Banyak TK dan Kelompok Bermain yang menjadi kekurangan murid, tak terkecuali TK dan Taman Bermain Pelangi. Jumlah murid yang telah mendaftar untuk tahun ajaran depan menurun drastis bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.  Kepala sekolah, Ibu Marina, pun harus membuat keputusan yang sulit dalam hal pengelolaan anggaran sumber daya manusia. Dengan turunnya jumlah murid, yayasan menetapkan 5 dari 10 gurunya perlu diberhentikan, agar biaya operasional bulanan sekolah tetap aman dan agar institusi tetap dapat bertahan dalam masa pandemi.  Dalam hati kecilnya, sangat berat bagi Ibu Marina untuk melakukan ini, ia tidak tega membayangkan beberapa gurunya akan kehilangan pekerjaan, apalagi di masa-masa sulit pandemi ini. Namun ia juga paham bahwa ia bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dari TK dan Kelompok Bermain yang ia pimpin agar tetap dapat bertahan. Ia pun perlu mengurangi jumlah karyawan agar tetap mampu membayar gaji mereka. Bila Anda berada dalam posisi Ibu Marina, apa yang akan Anda lakukan? Karyawan mana yang akan anda berhentikan, kriteria apa yang akan Anda gunakan? Apa alasannya?

Jika saya berada di posisi Ibu Marina, tentu akan berada di pilihan yang tidak mudah. Jika memungkinkan, saya akan tetap mempertahankan guru-guru yang selama ini mengajar di sekolah yang saya pimpin. Solusi yang saya tawarkan adalah berembuk dengan seluruh dewan guru terkait masalah ini. Yang mana ujung-ujungnya adalah biaya operasional. Jika memungkinkan, gaji guru semakin diperkecil agar cukup untuk mendanai hak guru secara merata.

Tetapi jika nominal kecil itu tidak memungkinkan untuk mempertahankan guru-guru secara keseluruhan, maka saya akan melakukan evaluasi terhadap kinerja, peran dan nilai-nilai guru. Secara professional, tanpa bayang-bayang nepotisme dan silsilah anggota keluarga, saya akan mempertahankan guru yang selama ini memiliki kinerja baik, gemar berinovasi, mampu berkolaborasi dan giat melakukan pengembangan diri. Saya akan mempertahankan guru dengan kriteria tersebut, sebab guru-guru tersebutlah yang mampu memenuhuhi kebutuhan belajar yang berpihak pada murid.

Paradigma ini mencakup nilai-nilai seperti empati, kepedulian terhadap karyawan, dan pertimbangan terhadap dampak pribadi. Kita semua tahu bahwa pemberhentian guru-guru bukanlah kemuan pimpinan. Semua sebab kondisi yang di luar kendali. Bahkan saya akan terlebih dahulu berusaha agar guru-guru semuanya tetap bertahan. Keputusan memberhentikan guru sebab kesulitan biaya operasional.

Dari study kasus yang disajikan, tidak ada unsur pelanggaran apapun. Tidak ada kasus hukum yang tertera pada kasus maupun Keputusan/kebijakan yang diambil oleh pimpinan.

Jika kebijakan saya sebagai pimpinan pada akhirnya akan dipublikasi dan menjadi konten yang viral, saya tidak keberatan. Keputusan saya sebagai pimpinan tidak melanggar hukum. Ketika saya melakukan evaluasi kinerja guru pun tidak ada unsur kolusi dan nepotisme. Guru yang dipertahankan benar-benar guru yang memenuhi kriteria untuk memenuhi kebutuhan belajar yang berpihak pada murid.

No comments:

Post a Comment

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan Program Gaya Hidup Berkelanjutan untuk Kelas VII di SMP PGRI Mako

Proses P5 Gaya Hidup Berkelanjutan dengan memanfaatkan limbah gelas plastik Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan kegiata...