Friday, August 30, 2024

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan Program Gaya Hidup Berkelanjutan untuk Kelas VII di SMP PGRI Mako

Proses P5 Gaya Hidup Berkelanjutan dengan memanfaatkan limbah gelas plastik

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan kegiatan kokurikuler berbasis proyek dengan target penguatan karakter murid sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Kegiatan berbasis proyek yang dimaksud bukan hanya menghasilkan produk sebagai sasaran utama tetapi juga menilik kembali pada proses selama program berlangsung.

Pada semester ganjil tahun ajaran 2024/2025, kelas VII di SMP PGRI Mako menyepakati untuk mengimplementasikan salah satu program P5 yaitu Gaya Hidup Berkelanjutan. Program ini dikoordinatori oleh Halima Maysaroh, S. Pd., Gr dengan berkolaborasi bersama rekan-rekan guru lainnya.

Gaya hidup berkelanjutan adalah melaksanakan tindakan dengan kesadaran penuh dan berpikir jangka panjang, termasuk menjaga kelestarian alam dan kesehatan. Program Gaya Hidup Berkelanjutan diperkenalkan demi kelestarian dan kehidupan untuk generasi selanjutnya atau turun-temurun.

Tujuan Implimentasi Program Gaya Hidup Berkelanjutan

Program Gaya Hidup Berkelanjutan dipilih dan disepakati oleh penanggung jawab dan para murid karena melihat kondisi lingkungan sekolah. Di sekolah terdapat begitu banyak limbah plastik bekas jajanan para murid. Limbah plastik didominasi dengan gelas plastik bekas mie gelas dan sedotan plastik.

Maka kesepakatan pada Program Gaya Hidup Berkelanjutan ini akan memaksimalkan daur ulang limbah gelas plastik, sedotan dan limbah prastik lainnya jika dibutuhkan. Dengan ditekanan untuk tidak membeli produk gelas plastik baru, sebab justru akan menambah limbah sekolah di kemudian hari. 

Program Gaya Hidup Berkelanjutan  bertujuan meningkatkan kesadaran siswa tentang hidup berkelanjutan. Mendorong menerapkan gaya hidup sehat dan berkelanjutan untuk menjaga lingkungan sekolah dan sekitarnya.

Dengan mendaur ulang limbah plastik akan meminimalisir dua jenis polusi. Yaitu polusi tanah dan polusi udara. Dengan terlalu sering membakar sampah maka akan berimbas pada polusi udara dari asapnya dan mngekibatkan polusi tanah sebab plastik yang terbakar tidak dapat terurai dengan tahan hingga ribuan tahun.

 Proyek Program Gaya Hidup Berkelanjutan

Kegiatan P5 Proyek Program Gaya Hidup Berkelanjutan di semester pertama  kelas VII di SMP PGRI Mako adalah memaksimalkan daur ulang limbah gelas dan sedotan plastik yang menjadi limbah terbesar di sekolah. Target produk yang akan dihasilkan pun beragam. Koordinator dan para rekan guru tidak menentukan produk apa yang akan dihasilkan dalam proyek. Jadi murid sendiri yang menentukan hendak membuat apa dari gelas dan sedotan plastik tersebut.

Untuk awal program, koordinator  P5 kelas VII bersama rekan guru menberikan materi pemahaman terkait Program Gaya Hidup Berkelanjutan secara singkat. Materi berisi definisi, tujuan, pola pikir dan implementasi Gaya Hidup Berkelanjutan.

Koordinator P5 menyampaikan materi Gaya Hidup Berkelanjutan

Setelah materi selesai, para murid dipersilakan untuk keluar ruangan dan memungut dan mengumpulkan gelas plastik dan sedotan sebagai bahan utama produk. Tidak sulit untuk mendapatkan limbah yang menjadi sasaran proyek sebab limbah tersebut dengan mudah didapatkan di tempat pembuangan sampah akhir.  

Mencuci gelas plastik sebelum digunakan

Setelah mengumpulkan sampah gelas plastik, selanjutnya proses pencucian. Gelas plastik yang didapatkan dari tempat sampah yang tentu terdapat banyak kuman dan bakteri. Maka perlu dicuci dan dijemur terlebih dahulu sebelum dibentuk menjadi suatu produk. 

Produk yang terencana dan telah dieksekusi prosesnya adalah membuat tempat buah, mangkok, tempat pinsil, dan jam dinding. Ide ini keluar dari kreatifitas masing-masing kelompok peserta P5.

Dari Program Gaya Hidup Berkelanjutan ini bukan terfokus pada produk yang dihasilkan. Tetapi berfokus pada proses dan pemahaman murid terkait implementasi gaya hidup berkelanjutan dalam kehidupan di sekolah dan sehari-hari di rumah. 

Thursday, March 14, 2024

Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid

     Dari pengalaman belajar pada Modul 3.3 Program Pendidikan Guru Penggerak dengan judul Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid, dapat membuka wawasan saya terkait program yang berpihak pada murid itu adalah program yang dari murid, oleh murid dan untuk murid. Peran guru adalah fasilitator untuk berjalannya program tersebut. Dari modul 3.3 juga saya belajar bahwa kepemimpinan mirid bukan hanya ada pada murid yang diberi amanah dalam memimpin suatu organisasi saja. Tetapi semua murid berkesempatan untuk berpendapat, beropini dan menuangkan gagasan dalam program yang akan dibuat dan diharapkan berdampak positif tersebut.

    Dalam proses belajar sendiri saya lebih bersifat fleksibel sesuai dengan kebutuhan murid. Saya melakukan observasi awal agar mengerti betul tentang pembelajaran yang menjadikan murid merasa dapat menyuarakan gagasan, menentukan pilihan dan merasa memiliki pembelajaran di kelas yang saya ampu.

    Saya perlu meningkatkan skill/kemampuan coaching agar mampu menjadi fasilitator saat program yang berdampak positif pada murid dirancang dan dieksekusi. Kemampuan coaching yang mumpuni akan melahirkan murid-murid dengan kepemimpinannya yang berkualitas.

    Saat ini sedang berusaha untuk mempraktikan teori-teori yang dipelajari dalam modul-modul program pendidikan guru penggerak ini. Praktik baik ini untuk mengasah kemampuan dan keilmuan agar tidak hanya berhenti sampai di saya saja. Tetapi dapat menjadi pengaruh dan menggerakan ekosistem sekolah.

    Untuk terbentuknya program yang berdampak positif pada murid tentu tidak hanya guru sebagai aktor utama yang berperan. Murid adalah aktor utama yang sebenarnya. Guru adalah produser yang memfasilitasi dan tokoh untuk konsultasi. Sutradara pengatur segalanya juga murid yang pegang kendali. Dari sini, program yang dibutuhkan dan berpihak pada murid akan tepat sasaran.

    Tantangan yang dihadapi untuk menggali kepemimpinan murid adalah rasa percaya diri murid yang masih rendah untuk mengutarakan gagasan dan opini di depan umum. Dari itu, saya berusaha membuat program yang menggali kemampuan dan rasa percaya diri murid.

    Ramadan tahun ini, saya bermusyawarah bersama kepada sekolah, rekan guru dan murid terkait kegiatan Ramadan. Selain tadarus dan Salah Duha yang memang sudah menjadi rutinitas Ramadan dari tahun-tahun sebelumnya, saya dan murid-murid menambahkan gagasan untuk mengadakan lomba azan, tilawah dan kultum. Lomba-lomba ini bertujuan untuk menggali potensi sekaligus mengasah rasa percaya diri murid dan menampilkan kepemimpinan murid.

    Pengalaman dari pelatihan guru sebelumnya, saya belum mendapatkan teori terkait coaching, budaya positif, pemetaan aset sekolah, pengambilan Keputusan seorang pemimpin dan bagaimana membentuk program yang berdampak positif pada murid. Dari pendidikan calon guru penggerak ini, saya melengkapi pengetahuan teori sekaligus praktik dalam aksi nyata.

    Materi-materi pada pendidikan guru penggerak ini akan saya jadikan ilmu yang berkelanjutan. Tidak hanya berhenti sampai di tangan saya saja. Saya akan menerapkan kepada murid sesuai dengan kebutuhan belajar mereka.

    Ilmu yang saya dapat dari kegiatan pendidikan calon guru penggerak ini saya padukan dengan pendidikan sebelumnya yang saya dapatkan dari Pendidikan Profesi Guru (PPG) tahun 2022 lalu. Hasil kombinasi dan saya koneksikan antar materi-materi tersebut untuk menghasilkan praktik baik yang maksimal.

Friday, March 8, 2024

Rancangan Pengelolaan Program yang Berdampak Pada Murid: Program Ramadan Produktif di SMP PGRI Mako

Kepala Sekolah dan para dewan guru SMP PGRI mau menyusun rancangan pengelolaan program yang berdampak pada murid selama Bulan Ramadan. Rapat dilaksanakan pada tanggal 08 Maret 2024 jelang Ramadan. Berikut hasil rancangan yang akan dilaksanakan selama Bulan Ramadan di SMP PGRI Mako. 

Rapat rancangan Program Ramadan Produktif


Rancangan Pengelolaan Program yang Berdampak Pada Murid

Nama Program: Ramadan Produktif di SMP PGRI Mako

Jenis kegiatan: 

1. Salat Duha bersama setiap pagi selama Bulan Ramadan.

2. Membaca Al Quran (tadarus) bagi murid yang sudah dijadwalkan.

3. Diadakan lomba kultum, tilawah Al Quran dan azan.

Tujuan program:

1. Tercipta murid yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa

2. Meningkatkan produktivitas murid di Bulan Ramadan

3. Terbentuk karakter murid sesuai dengan profil pelajar Pancasila

Tahapan BAGJA

Buat Pertanyaan Utama:

1. Bagaimana meningkatkan produktivitas murid di Bulan Ramadan?

2. Bagaimana kegiatan religi membentuk karakter murid sesuai dengan profil pelajar Pancasila?

Ambil Pelajaran

1. Tersedia aula untuk tempat kegiatan Ramadan Produktif

2. Terdapat beberapa Guru Agama Islam yang bersedia menjadi mentor

3. Tersedia Al Quran untuk murid melakukan tadarus

4. Calon Guru Penggerak dan wali kelas bersedia turut berkolaborasi

Gali Mimpi:

1. Melatih murid untuk menjadi insan yang agamis

2. Merutinkan murid untuk melaksanakan Salat Duha setiap pagi

3. Meningkatkan kemampuan murid dalam membaca Al Quran

4. Melatih murid untuk berani berbicara dan menyampaikan kebaikan

Jabarkan Rencana:

1. Murid bersama guru melaksanakan Salat Duha setiap pagi sebelum melaksanakan proses pembelajaran.

2. Murid/kelas yang sudah dijadwalkan melaksanakan tadarus Al Quran selama jam sekolah

3. Membuka pendaftaran murid/ kandidat dari kelas untuk mengikuti lomba kultum, tilawah AL Quran dan Azan.

Atur eksekusi

1. Berkoordinasi dengan Kepala Sekolah terkait rencana Program Ramadan Produktif 

2. Melaksanakan rapat bersama dewan guru dan kepala sekolah untuk menindaklanjuti rencana program

3. Berkoordinasi dengan Guru Agama Islam terkait kegiatan dan mata lomba selama Ramadan

4. Menginstruksikan kepada murid untuk membawa peralatan ibadah selama Bulan Ramadan

5. Membagi jadwal kelas yang bertugas tadarus Al Quran

6. Mengumkan kepada murid terkait mata lomba keagamaan yang dapat diikuti.

7. Berkoordinasi dengan wali-wali kelas untuk mengkoordinir murid yang akan menjadi kandidat dalam lomba. 

Penanggung Jawab: Kepala sekolah

Koordinator: Guru Agama Islam, wali kelas dan Calon Guru Penggerak

Pelaksana: Murid

Sunday, March 3, 2024

Rencana Program yang Berdampak Positif pada Murid

Membuat program di sekolah bukanlah wewenang sepihak saja. Di mana banyak hal harus dipertimbangkan. Pada kali ini saya ingin melaksanakan program literasi baca tulis dalam kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler. Beberapa pertanyaan berikut menjadi panduan untuk pelaksanaannya.  

1. PROGRAM ATAU KEGIATAN APA YANG DIADAKAN?

Kegiatan literasi baca tulis. Membaca setiap hari untuk mengasah receptive skill. Menuliskan ide-ide dan perasaan untuk mengasah productive skill.

2. APA KATEGORI PROGRAM/KEGIATAN INI, INTRAKURIKULER, KOKURIKULER, ATAU

EKSTRAKURIKULER?

Program Literasi baca tulis di sekolah termasuk kategori intrakurikuler dan kokurikuler. Untuk membaca dapat dimasukan dalam kategori program intakurikuler. Sedangkan aksi menulis dapat dimasukan dalam proyek kokurikuler.

3. APAKAH ADA KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG DIBANGUN OLEH GURU/SEKOLAH

DALAM PROGRAM/KEGIATAN INI?

a) Membentuk lingkungan atau fasilitas yang mendukung dengan bahan bacaan baik cetak maupun daring.

b) Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi murid untuk belajar.

c) Mewadahi karya tulis murid dengan pelatihan dan mempublikasikan baik cetak maupun daring.

 

4. BAGAIMANA ASPEK SUARA, PILIHAN, DAN KEPEMILIKAN MURID DIPROMOSIKAN DALAM

PROGRAM/KEGIATAN?

a) SUARA: Murid dapat menyampaikan ide terkait bahan-bahan bacaan yang diinginkan dan di mana mereka akan mempublikasi

b) PILIHAN: Murid dapat memilih jenis tulisan yang ingin dibaca dan ditulis.

c) KEPEMILIKAN: Karya tulis menjadi hak cipta murid.

 Pertanyaan refleksi

1. APA YANG DIMAKSUD DENGAN KONSEP KEPIMPINAN MURID (STUDENT AGENCY)?

Konsep kepemimpinan murid atau student agency adalah muridlah yang menjadi subjek atau pelaku. Guru tidak memposisikan diri sebagai pengendali tetapi hanya sebagai fasilitator. Di sinilah murid secara maksimal mengembangkan kompetensi dalam mengambil Keputusan dana menentukan pilihan karya. Di mana puncaknya nanti adalah pembelajaran yang berpihak pada murid.

2. BAGAIMANA GURU DAPAT MENINGKATKAN KONSEP KEPIMPINAN MURID DI SEKOLAH?

a) Kolaboratif: Motivasi murid dalam berbagi pendapat, menyampaikan ide dalam diskusi, membuat proyek bersama.

b) Kreatif: Beri kesempatan kepda murid untuk menyampaikan ide kreatif dan mengeksekusi ide tersebut. Usahakan untuk berinovasi atas karya-karyanya.

c) Mandiri: Ajarkan siswa bertanggung jawab atas rencana program atau proyek yang akan dilaksanakan.

d) Gotong Royong: Guru bersama murid berkolaborasi dalam membuat karya. Murid bersama teman-temannya saling berbagi dan guru siap untuk menjadi coach selama proyek dilaksanakan.

e) Bernalar Kritis: Murid diminta untuk berinovasi dan membuat produk atau tulisan yang bermanfaat bagi orang lain. Di sinilah murid diminta untuk bernalar kritis bagaimana caranya tulisan yang dibuat dapat bermanfaat bagi sesama.

3. BAGAIMANA KONSEP KEPIMPINAN MURID TERKAIT DENGAN PROFIL PELAJAR PANCASILA?

Profil Pelajar Pancasila mencakup nilai berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar

kritis, dan kreatif.  Konsep kepimpinan dalam profil pelajar Pancasila adalah menjadikan murid sebagai pelaku atau subjek dari seluruh kegiatan. Murid berhak untuk menentukan cara pelaksanaan program yang ditentukan.

 

Tuesday, February 20, 2024

Analisis Video "Pemanfaatan Aset dengan BAGJA"

Analisis Video “Pemanfaatan Aset dengan BAGJA”

Pada Pendidikan Calon Guru Penggerak, kami disuguhkan sebuah video untuk dianalisis dan cermati. Hasil analisis dituangkan melalui beberapa pertanyaan. Video dapat diakse melalui tautan berikut: https://www.youtube.com/watch?v=YMflitCt1yI&t=741s 

Analisis yang saya lakukan dapat dirinci berdasarkan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

Kira-kira apakah visi dari sekolah tempat guru dalam video tersebut mengabdi?

Dari pemaparan di dalam video ”Pemanfaatan Aset dengan BAGJA” dapat disimpulkan bahwa visi sekolahnya adalah  "Mewujudkan murid berkarakter mandiri, kolaboratif, Kreatif untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan".

Apakah prakarsa perubahan yang akan dilakukan oleh guru dalam tayangan video?

Prakarsa perubahan yang dilakukan oleh guru dalam tayangan video tersebut adalah “Mewujudkan ruang belajar yang nyaman dan menyenangkan”.

Apakah Pertanyaan Utama dari kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam tayangan video tersebut?

Pertanyaan utamanya "Bagaimana cara menjadikan ruang kelas terasa  nyaman, indah dipandang dan menyenangkan?". Kata pemantik yang digunakan guru untuk memenuhi pertanyaan tersebut adalah “Penyemangat Belajar”

Kegiatan/tindakan apa yang dilakukan oleh guru dalam tayangan video yang menggambarkan tahapan:

a. B

b. A

c. G

d. J

e. A

Dari analisis terhadap tayangan video praktik baik yang ada berdasarkan pada alur BAGJA sebagai berikut.

Tahap pertama adalah B-uat pertanyaan utama.

Di dalam video tersebut pertanyaan utama yang dimunculkan "Bagaimana cara menjadikan ruang kelas terasa  nyaman, indah dipandang dan menyenangkan?"

Beberapa langkah yang diambil guru adalah:

1.      Berkolaborasi dengan rekan sejawat dalam merumuskan kalimat pertanyaan utama prakarsa perubahan.

2.      Membuat frasa pemantik kepada siswa tentang kelas yang nyaman dan menyenangkan. Frasa tersebut adalah "Penyemangat Belajar"

3.      Guru menggali informasi dengan cara meminta pendapat murid terkait apa saja yang menjadi penyemangat belajar.

Tahap kedua adalah A-mbil Pelajaran.

Di dalam video, guru menyarankan murid untuk melakukan observasi di kelas lain yang telah tampak indah dan nyaman. Di sanalah murid dapat mengambil pelajaran dari apa-apa yang hendak dilakukan.

Dari hasil observasi munculah pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijadikan pemantik untuk mengambil Pelajaran

1. Kegiatan apa yang dapat dilakukan untuk menjadikan kelas terasa nyaman dan menyenangkan?

2. Kelas seperti apa yang dianggap nyaman, indah dan menyenangkan?

3. Apa yang sudah dimiliki dan dipertahankan dari kelas sendiri?

Dari pertanyaan-pertanyaan itu, guru akan mendapat jawaban dari kriteria kelas nyaman, indah dan menyenangkan bagi murid.

 Tahap ketiga adalah G-ali mimpi.

1.      Kelas seperti apakah yang diimpikan oleh murid?

2.      Deskripsikan kelas yang nyaman, indah dan menyenangkan menurut murid?

Hal ini terlihat dari tindakan guru:

1.       Meminta para murid untuk memejamkan mata

2.      Kemudian meminta murid untuk membayangkan kelas seperti apa yang nyaman, indah dan menyenangkan agar semakin semngat belajat.

3.      Langkah selanjutnya dengan melakukan kegiatan diskusi kelompok dengan menggambar lingkungan kelas yang nyaman, indah dan menyenangkan.

Tahap keempat adalah J-abarkan rencana.

Tahap ini terlihat pada pertanyaan

1.      Apa yang harus kita lakukan untuk kelas impian kita?

2.      Apa yang dibutuhkan untuk mewujudkan kelas impian?

3.      Aksi yang dilakukan adalah kegiatan diskusi dan kolaborasi  antara guru dan murid dalam merealisasikan tanggapan murid terkait kelas impian mereka.

Tahap terakhir adalah A-tur eksekusi.

Pada tahapan ini tampak pada pertanyaan "Kapan waktu yang tepat dalam mewujudkan kelas impian?"

1.      Aksi yang dilakukan dalam mengeksekusi tindakan adalah dengan membentuk empat kelompok kerja berdasarkan tugas yang ditetapkan.

2.      Tidak ketinggalan guru juga memberikan semangat dan motivasi kepada murid.

3.      Murid berkerja sama menghias kelas dengan aset yang dimiliki.

Apa peran pemimpin yang tergambar dalam tayangan video?

Setelah menyaksikan tayangan video tersebut, saya berkesimpulan bahwa pemimpin dalam kegiatan tersebut yakni guru memiliki cara dan pendekatan berbasis kekuatan. Guru terlebih dahulu memancing murid untuk mengidentifikasi aset yang dimiliki kelas mereka. Baru kemudian menanyakan kelas impian dan melakukan observasi ke kelas lain.

Dengan visi yang terumuskan, akhirnya guru dan murid mampu mewujudkan kelas impian. Tentu terwujudnya kelas Impian berdasarkan aset bendawi maupun skill atau SDM yang dimiliki.

Apa saja modal utama yang dimanfaatkan oleh pemimpin pembelajaran dalan tayangan video? lalu bagaimana pemanfataannya?

Modal utama yang dimanfaatkan pada tayangan video tersebut terdiri dari:

  • 1.      Aset manusia, yakni guru dan murid.
  • 2.      Aset sosial, terlihat pada aksi sosial guru, murid dan murid dari kelas lain yang diobservasi kelasnya.
  • 3.      Aset politik, yakni berkerja sama dengan kelas lain untuk mengizinkan mereka mengobservasi kelasnya.
  • 4.      Aset Budaya, yakni budaya gotong royong dan musyawarah.
  • 5.      Aset fisik, yakni ruang kelas dan furniture.
  • 6.      Aset lingkungan/alam, yakni lingkungan sekitar dan kelas lain yang diobservasi.
  • 7.      Aset finansial, yakni penyediaan alat dan bahan untuk menghias kelas.

 Demikian ulasan terkait analisis video Pengembangan Aset dengan BAGJA. Semoga bermanfaat. Terima kasih.

Saturday, February 3, 2024

Studi Kasus Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

 

Sejak pandemi covid-19 melanda dunia, seluruh lini kehidupan manusia terpengaruh, tidak terkecuali dunia pendidikan. Proses belajar mengajar beralih dilakukan dengan cara daring. Dunia bisnis secara keseluruhan juga terkena imbasnya. Banyak orang kehilangan pekerjaan dan berkurang pendapatannya. Hal ini membuat beberapa orangtua murid memindahkan sekolah anak-anaknya ke sekolah yang lebih murah atau menunda menyekolahkan anak-anaknya, terutama di jenjang pendidikan usia dini atau taman kanak-kanak. Banyak TK dan Kelompok Bermain yang menjadi kekurangan murid, tak terkecuali TK dan Taman Bermain Pelangi. Jumlah murid yang telah mendaftar untuk tahun ajaran depan menurun drastis bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.  Kepala sekolah, Ibu Marina, pun harus membuat keputusan yang sulit dalam hal pengelolaan anggaran sumber daya manusia. Dengan turunnya jumlah murid, yayasan menetapkan 5 dari 10 gurunya perlu diberhentikan, agar biaya operasional bulanan sekolah tetap aman dan agar institusi tetap dapat bertahan dalam masa pandemi.  Dalam hati kecilnya, sangat berat bagi Ibu Marina untuk melakukan ini, ia tidak tega membayangkan beberapa gurunya akan kehilangan pekerjaan, apalagi di masa-masa sulit pandemi ini. Namun ia juga paham bahwa ia bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dari TK dan Kelompok Bermain yang ia pimpin agar tetap dapat bertahan. Ia pun perlu mengurangi jumlah karyawan agar tetap mampu membayar gaji mereka. Bila Anda berada dalam posisi Ibu Marina, apa yang akan Anda lakukan? Karyawan mana yang akan anda berhentikan, kriteria apa yang akan Anda gunakan? Apa alasannya?

Jika saya berada di posisi Ibu Marina, tentu akan berada di pilihan yang tidak mudah. Jika memungkinkan, saya akan tetap mempertahankan guru-guru yang selama ini mengajar di sekolah yang saya pimpin. Solusi yang saya tawarkan adalah berembuk dengan seluruh dewan guru terkait masalah ini. Yang mana ujung-ujungnya adalah biaya operasional. Jika memungkinkan, gaji guru semakin diperkecil agar cukup untuk mendanai hak guru secara merata.

Tetapi jika nominal kecil itu tidak memungkinkan untuk mempertahankan guru-guru secara keseluruhan, maka saya akan melakukan evaluasi terhadap kinerja, peran dan nilai-nilai guru. Secara professional, tanpa bayang-bayang nepotisme dan silsilah anggota keluarga, saya akan mempertahankan guru yang selama ini memiliki kinerja baik, gemar berinovasi, mampu berkolaborasi dan giat melakukan pengembangan diri. Saya akan mempertahankan guru dengan kriteria tersebut, sebab guru-guru tersebutlah yang mampu memenuhuhi kebutuhan belajar yang berpihak pada murid.

Paradigma ini mencakup nilai-nilai seperti empati, kepedulian terhadap karyawan, dan pertimbangan terhadap dampak pribadi. Kita semua tahu bahwa pemberhentian guru-guru bukanlah kemuan pimpinan. Semua sebab kondisi yang di luar kendali. Bahkan saya akan terlebih dahulu berusaha agar guru-guru semuanya tetap bertahan. Keputusan memberhentikan guru sebab kesulitan biaya operasional.

Dari study kasus yang disajikan, tidak ada unsur pelanggaran apapun. Tidak ada kasus hukum yang tertera pada kasus maupun Keputusan/kebijakan yang diambil oleh pimpinan.

Jika kebijakan saya sebagai pimpinan pada akhirnya akan dipublikasi dan menjadi konten yang viral, saya tidak keberatan. Keputusan saya sebagai pimpinan tidak melanggar hukum. Ketika saya melakukan evaluasi kinerja guru pun tidak ada unsur kolusi dan nepotisme. Guru yang dipertahankan benar-benar guru yang memenuhi kriteria untuk memenuhi kebutuhan belajar yang berpihak pada murid.

Monday, October 9, 2023

Study Kasus Budaya Positif

Ilustrasi murid bahagia di kelas. Lokasi: SMP PGRI Mako 

 


Di dalam ruang kolaborasi Modul 1.4 Pendidikan Guru Penggerak, kami diminta untuk menganalisis  kasus sebagai simulasi. Terdapat 4 kasus simulasi yang harus dianalisis. Dalam ulasan kali ini, akan menganalisis satu demi satu pada setiap kasusnya.

Study kasus ini diperuntukkan agar guru mampu menganalisis kasus dan dapat mengambil keputusan. Budaya positif yang diterapkan adalah menanamkan nilai-nilai kebajikan.

Study Kasus I

Guru Matematika dan wali kelas 8, Ibu Santi sakit, sehingga tidak dapat masuk dan mengajar. Akhirnya dicarikan guru pengganti, Ibu Eni. Ibu Eni baru 2 tahun menjadi guru SMP. Beberapa murid perempuan, Fifi dan Natali, mengetahui hal ini dan mulai menggunakan kesempatan dan bersikap seenaknya, tertawa dan tidak mengindahkan kehadiran Ibu Eni. Ibu Eni mencoba mendekati kedua murid perempuan tersebut dan menegur mereka dengan halus, namun ketiganya tetap berlaku tidak pantas. Mereka tetap tidak mengerjakan tugas dan malah mengobrol. Keesokan harinya, Ibu Santi memanggil Fifi dan Natali serta menanyakan tentang laporan Ibu Eni. Ibu Santi menanyakan apakah mereka bersedia melakukan restitusi? Fifi dan Natali sempat berdebat sedikit, namun pada akhirnya mengatakan akan meminta maaf. Ibu Santi menanggapi bahwa tindakan itu boleh saja dilakukan kalau mereka ingin melakukannya, dan menanyakan kembali, apa yang mereka bisa lakukan dengan restitusi? Baik Fifi maupun Natali mengakui bahwa perilaku mereka tidak sesuai dengan Keyakinan Kelas. Keduanya mengusulkan bagaimana kalau mereka mengadakan sebuah diskusi kelas dengan teman-teman sekelasnya tentang bagaimana seharusnya sikap mereka dalam menjalan keyakinan kelas, terutama tentang sikap saling menghormati, serta mengusulkan mengirim email kepada Ibu Eni tentang keputusan mereka tersebut. Mereka pun akan memberitahu Ibu Eni bahwa mereka akan mengusulkan kepada Kepala Sekolah agar kali waktu ketiadaan guru, agar Ibu Eni yang menggantikan dan pada kesempatan itu mereka dapat menunjukkan sikap yang lebih santun.

Setelah menelaah kasus di atas dapat disimpulkan bahwa Ibu Santy telah melakukan langkah-langkah restitusi yang tepat. Dapat dilihat dari caranya menyelesaikan masalah melalui proses.

1.       Pertama menstablikan identitas: Ibu Santy menanyakan tentang laporan Ibu Eny terlebih dahulu sebagai acuan menyelesaian masalah. Di sini artinya Ibu Santy memastikan dahulu atas kebenaran laporan tersebut tanpa menyudutkan pihak terlapor.

2.       Berikutnya Validasi tindakan: Dapat dilihat pada tindakan Ibu Santy yang menanyakan apa yang dapat mengganti tindakan tidak hormat kepada Ibu Eny.

3.       Menanyakan Keyakinan: Dapat dilihat dari cara Ibu Santy  meminta Fifi dan Natali untuk meminta maaf kepada Ibu Eny

Analisis berikutnya tentang restitusi yang diusulkan Fifi dan Natali. Langkah-langkah sudah sesuai sebab melalui perundingan bersama teman sekelas mengenai keyakinan kelas.
Langkah-langkah restitusi yang diusulkan yaitu: Menstabilkan identitas, validasi tindakan dan menanyakan keyakinan

Kemudian analisis dari sudut pandang Ibu Eny. Ibu Eny sebagai pengganti guru matematika saat itu bertindak pada posisi sebagai teman sebab Ibu Eny tidak serta-merta menghukum Fifi dan Natali. Ibu Eny mendekati Fifi dan Natali terlebih dahulu dalam mengingatkan pentingnya mengerjakan tugas.

  Berikutnya bagaimana jika saya adalah Pak Hasan/ kepala sekolah. Saya merasa langkah yang diambil Ibu Santy sudah sesuai langkah-langkah segitiga restitusi dan berbagi hal positif kepada teman sejawat.

Study Kasus II

Sabrina hari itu bangun terlambat, dan terburu-buru sampai di sekolah. Dia pun akhirnya sampai di gerbang sekolah, tapi baru menyadari kalau tidak menggunakan sepatu hitam seperti tertera di peraturan sekolah. Di depan pintu kelas, Bapak Lukman memperhatikan sepatu Sabrina yang berwarna putih. Sabrina berusaha menjelaskan bahwa dia terburu-buru dan salah mengenakan sepatu. Pak Lukman menanyakan Sabrina, apa peraturan sekolah tentang seragam dan warna sepatu. Sabrina menjawab sudah mengetahui sepatu harus berwarna hitam, namun terburu-buru dan salah mengenakan sepatu, selain tidak mungkin kembali pulang karena rumahnya jauh sekali. Pak Lukman tetap bersikeras pada peraturan yang berlaku dan mengatakan, “Ya sudah, kamu sudah melanggar peraturan sekolah. Kamu salah. Sudah terlambat, salah pula warna sepatunya. Segera buka sepatumu kalau tidak bisa mengenakan warna sepatu sesuai peraturan”. Sabrina meminta maaf dan memohon kembali kepada pak Lukman agar dapat tetap mengenakan sepatunya dan berjanji tidak akan mengulang kesalahannya. Namun pak Lukman tidak mau tahu, “Tidak, kamu telah melanggar peraturan sekolah, kalau tidak sanggup ambil sepatu di rumah atau diantarkan sepatu ke sekolah, ya sudah kamu tidak usah bersepatu saja seharian di sekolah. Sekarang copot sepatumu dan silakan belajar tanpa sepatu seharian.” Sabrina pun dengan berat hati mencopot sepatunya dan memberikannya kepada pak Lukman. Seharian dia tidak berani berkeliling sekolah karena malu, dan lebih banyak berdiam diri di kelas tanpa alas sepatu.

Dari kasus kedua ini, dapat disimpulkan bahwa sikap posisi yang diambil Pak Lukaman adalah sebagai penghukum. Sebab Pak Lukman memberikan hukuman yang serta-merta.

Indikatornya yaitu:

  1. Pak Lukman tidak menerima alasan apapun yang diutarakan Sabrina.
  2. Pak Lukman memberi hukuman.
  3. Pak Lukman tidak menjalankan langkah-langkah restitusi.

Seharusnya Pak Lukman mengambil posisi sebagai manager dalam menyelesaikan kasus Sabrina di atas. Posisi manager adalah posisi paling ideal di antara semua posisi. Jika Pak Lukman Pemposisikan diri sebagai manager maka sikap Pak Lukman akan menanyakan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

  1. Apa alasan kamu datang terlambat?
  2. Mengapa kamu memakai sepatu selain warna hitam?
  3. Tidakkah kamu tahu terkait keyakinan sekolah tidak memperbolehkan murid mengenakan sepatu selain warna hitam?
  4. Apakah kamu yakin tidak akan melanggar keyakinan sekolah lagi?
  5. Siapa yang dapat membantu kamu untuk tidak datang terlambat lagi dan mengenakan pakaian/sepatu yang sesuai?

Jika saya adalah kepala sekolah, nilai kebajikan yang ingin dituju dengan aturan sepatu harus berwarna hitam adalah:

  1. Nilai disiplin
  2. Dapat menghargai diri sendiri dan orang lain
  3. Tanggung jawab
  4. Kesetaraan
  5. Keserhanaan

Jika saya kepala sekolah pada sekolah tersebut, maka saya akan bersikap sebagai berikut:

  1. Mengganggap sikap Pak Lukman akan menimbulkan rasa trauma dan menanam kebencian.
  2. Meminta Pak Lukman untuk menjalankan langkah-langkah restitusi.
  3. Mengharapkan menanamkan disiplin positif jangka panjang, bukan hukuman sejenak dan tiba-tiba.

Study Kasus III

Ibu Dani sedang menjelaskan pelajaran Bahasa Inggris di papan tulis, namun beliau memperhatikan bahwa Fajar malah tidur-tiduran dan tampak acuh tak acuh pada pelajarannya. “Fajar coba jawab pertanyaan nomor 3. Maju ke depan dan kerjakan di papan tulis”. Fajar pun tampak malas-malasan maju ke depan, dan sesampai di depan papan tulis pun, Fajar hanya diam terpaku, sambil memegang buku bahasa Inggrisnya dan memainkan spidol di tangannya. “Ayo Fajar makanya jangan tidur-tiduran, lain kali perhatikan! Sudah sana, duduk kembali, kira-kira siapa yang bisa?” Fajar pun kembali duduk di bangkunya. Hal seperti ini sudah seringkali terjadi pada Fajar, sepertinya tidak memperhatikan, acuh tak acuh, dan nilai-nilainya pun tidak terlalu bagus untuk pelajaran Bahasa Inggris. Pada saat ditegur oleh ibu Dani, Fajar hanya menjawab, “Gak tahu Bu”. Ibu Dani pun menjawab, “Gimana sih Fajar, kamu gak kasihan sama Ibu ya, Ibu sudah capek-capek mengajarkan kamu. Gak kasihan sama Ibu?” dan Fajar pun diam membisu.

Sikap posisi yang diambil Ibu Dani dalam kasus di atas adalah sikap membuat rasa bersalah dalam pendekatannya kepada Fajar. Hal ini akan membuat Fajar menyalahkan dirinya sendiri dan tidak percaya diri di kemudian hari. Indikatornya yaitu: Menunjukan kepada fajar apakah tidak kasihan bahwa Ibu Dani sudah mengajar dengan susah payah dan Fajar tidak peduli sama sekali bahkan malah bermalas-malasan di dalam kelas.

Dalam kasus ini, sikap Fajar yang bermalas-malasan di kelas Bahasa Inggris, kebutuhan yang Fajar perlukan adalah kesenangan (fun).

Analisinya yaitu:

  1. Fajar bermalas-malasan menunjukan bahwa ia tidak bahagia.
  2. Fajar tidak termotivasi untuk belajar.

Dari kasus di atas terlihat Ibu Dani memposisikan diri sebagai pembuat rasa bersalah. Maka jika Ibu Dani mengambil posisi sebagai pemantau maka yang akan dilakukan dan dikatakan kepada fajar adalah:

  1. Memperhatikan tindak tanduk Fajar.
  2. Mencari tahu alasan Fajar bermalas-malasan.
  3. Menanyakan apakah bermalas-malasan di kelas itu Fajar  tidak merugi.
  4. Menanyakan apakah Fajar tidak mengetahui konseksuensi jika tidak memperhatikan proses pembelajaran

Jika saya adalah kepala sekolah di sana maka akan mengambil tindak lanjut sebagai berikut:

  1. Menggali informasi tentang tingkah anak yang bermalas-malasan di kelas.
  2. Memanggil Fajar dan Ibu Dani untuk mencari jalan keluar.
  3. Menanyakan kepada Fajar tentang pandangannya terkait pelajaran Bahasa Inggris.
  4. Mencerna apakah memang Fajar tidak menyukai pelajaran tersebut atau strategi pembelajarannya yang tidak sesuai dengan karakteristik Fajar.

Study Kasus IV

Anto dan Dino sedang bermain bersama di lapangan basket, dan tiba-tiba terlibat dalam sebuah pertengkaran adu mulut. Dino pun menjadi emosi dan mengadakan kontak fisik, menarik kemeja Anto dengan kasar, sampai 3 kancingnya terlepas. Pada saat itu guru piket langsung melerai mereka, dan membawa mereka ke ruang kepala sekolah. Ibu Kepala Sekolah, Ibu Suti menanyakan Dino tentang Keyakinan Sekolah yang telah disepakati, yaitu tentang sikap saling menghormati. Ibu Suti melanjutkan bertanya apakah Dino bersedia memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan terhadap Anto? Dino pun mengangguk. Kemudian Ibu Suti balik bertanya kepada Anto, apa kebutuhan Anto dalam peristiwa ini? Anto menjawab, “Saya perlu kancing saya diperbaiki pak. Ibu saya akan sangat marah kalau melihat kancing baju saya sampai copot 3 kancing begini.” Ibu Suti pun kembali bertanya ke Dino apakah dia bersedia menjahitkan kembali ketiga kancing Anto tersebut? Kesal, Dino menanggapi, “Menjahit? Mana saya tau gimana menjahit pak.” Ibu Suti meneruskan, “Apakah kamu bersedia belajar menjahit?” Dino berpikir sejenak, memandang kemeja Anto, dan menanggapi, “Yang mengajari saya siapa bu?” Dengan cepat Ibu Suti menjawab, “Pak Irfan, guru Tata Busana”. Dino menyetujui dan sepanjang siang itu belajar menjahit dan memperbaiki kemeja Anto. Terakhir terlihat pada jam pulang sekolah kedua anak laki-laki tersebut sudah bercengkrama dan bersenda gurau kembali.

Dari analisis kasus di atas posisi kontrol yang diambil Ibu Suti adalah sebagai manager. Kesimpulannya adalah:

  1. Ibu Suti mampu menyadarkan murid (Dino dan Anto) untuk mengakui kesalahannya.
  2. Ibu Suti meminta Dino untuk bertanggung jawab memperbaiki kancing baju Anto.
  3. Ibu Suti mampu meng-handle emosi kedua murid yang sedang berkonflik hingga dapat akur kembali.

Tampak Ibu Suti tidak berpihak pada siapa pun pada kasus di atas. Justru Ibu Suti menguatkan satu sama lain. Ibu Suti menguatkan Dino dan Anto melalui langkah-langkah restitusi.

Menstabilkan identitas dengan pernyataan:

       Melakukan kesalahan itu manusiawi.

       Mempertahankan diri itu juga penting.

Validasi tindakan dengan pernyataan:

       Sepertinya kamu begitu marah.

Menanyakan keyakinan dengan pertanyaan/pernyataan:

        Apa yang harus dilakukan Dino untuk menebus kesalahannya?

       Dapatkan kamu/Dino memperbaiki kancing baju Anto

       Kamu dapat belajar dari bapak Guru untuk menjahit kancing baju tersebut.

Pada kasus di atas nilai kebajikan yang dituju adalah:

  1. Saling menghormati
  2. Bertanggung jawab
  3. Peduli
  4. Mandiri

Demikian analisis study kasus yang mana kasus tersebut secara tidak langsung ada yang merasakannya di dalam realita. Pelajarannya adalah murid bukan dibuat bertobat dari sebuah hukuman dan ketakutan. Tetapi rasa sadar yang tumbuh dari hati, jiwa dan dalam diri itu sendiri. Maka yang dibutuhkan adalah kesadaran jangka panjang, bukan hukuman sejenak saja.

 

 



Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan Program Gaya Hidup Berkelanjutan untuk Kelas VII di SMP PGRI Mako

Proses P5 Gaya Hidup Berkelanjutan dengan memanfaatkan limbah gelas plastik Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan kegiata...